Lakso, sebuah hidangan khas Sumatera Selatan, termasuk di wilayah Banyuasin, bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna simbolik yang dalam bagi Orang Melayu Banyuasin (OMB). Hidangan ini menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah yang kaya di daerah ini. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi makna simbolik dari hidangan Lakso yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner OMB.
Resep Lakso yang terdiri dari bahan-bahan sederhana seperti tepung beras, sagu, ikan gabus, santan, dan bumbu-bumbu tradisional mencerminkan kearifan lokal dalam penggunaan sumber daya alam yang melimpah. Bahan-bahan ini menciptakan kombinasi rasa yang unik yang mencerminkan keterhubungan antara manusia dan alam. Lakso bukan sekadar makanan, tetapi juga manifestasi dari hubungan harmonis OMB dengan lingkungan mereka.
Proses pembuatan Lakso yang melibatkan pencampuran tepung beras dan sagu mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dalam budaya OMB. Masyarakat lokal sering kali berkumpul untuk membuat Lakso bersama-sama, menciptakan momen berbagi dan kebersamaan yang mendalam. Hidangan ini menjadi ikatan sosial yang kuat, mengingatkan akan pentingnya solidaritas dalam kehidupan sehari-hari.
Kuah Lakso yang gurih dan lezat memiliki makna simbolik dalam konteks kesejahteraan dan kemakmuran. Susu cair dan santan yang digunakan melambangkan kelimpahan sumber daya alam yang dimiliki oleh Banyuasin. Ketika hidangan ini disajikan dalam acara penting seperti pernikahan atau perayaan, ini adalah simbol kemakmuran dan kesuksesan bagi keluarga yang menyajikannya.
Bumbu-bumbu seperti kunyit, kemiri, ketumbar, bawang merah, dan bawang putih mencerminkan warisan rempah-rempah yang kaya di daerah ini. Ini bukan hanya sekadar bumbu, tetapi juga sejarah panjang perdagangan rempah-rempah yang telah membentuk identitas Banyuasin. Lakso adalah penghormatan terhadap akar budaya dan sejarah perdagangan rempah-rempah yang kaya.
Cara penyajian Lakso juga memiliki makna simbolik yang mendalam. Meletakkan Lakso dalam piring dan kemudian menyiramkannya dengan kuahnya mencerminkan peran penting air dalam kehidupan OMB. Di daerah yang dikelilingi oleh sungai dan air yang melimpah, Lakso adalah pengingat akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan dan penghubung antara masyarakat OMB dengan alam sekitarnya.
Taburan bawang goreng di atas Lakso adalah sentuhan akhir yang memberikan aroma dan rasa ekstra. Ini adalah simbol perhatian terhadap detail dan kerja keras dalam menciptakan hidangan yang lezat. Hal ini juga mencerminkan nilai-nilai seperti kerja keras dan dedikasi yang menjadi bagian dari budaya OMB.
Lakso bukan sekadar hidangan dalam kultur OMB; ia adalah jendela ke dalam sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang melandasi komunitas ini. Hidangan sederhana ini memiliki makna simbolik yang dalam, mengingatkan OMB akan keterhubungannya dengan alam, kekayaan budayanya, dan pentingnya kebersamaan dalam kehidupan mereka. Lakso adalah lebih dari sekadar makanan; ia adalah warisan yang hidup dan bernapas dari Orang Melayu Banyuasin.
Makna Simbolik Lakso Berdasarkan Bahan-bahan Pembuatannya
Lakso, hidangan khas Sumatera Selatan, mencakup makna simbolik yang dalam berdasarkan bahan-bahan pembuatannya. Setiap komponen dalam hidangan ini mengandung pesan dan makna yang melampaui rasa lezatnya. Berikut adalah makna simbolik Lakso berdasarkan bahan-bahan pembuatannya:
- Tepung beras: Tepung beras sebagai bahan utama menggambarkan dasar kehidupan. Ini mencerminkan bahwa makanan adalah kebutuhan pokok dan sumber energi bagi masyarakat OMB.
- Sagu/Tapioka: Sagu menambah tekstur dan ketahanan Lakso. Ini menggambarkan ketahanan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan. Sagu mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan dalam kehidupan sehari-hari.
- Daging Ikan Gabus: Daging ikan gabus sebagai bahan kuah mencerminkan hubungan OMB dengan alam dan sumber daya sungai. Ini adalah pengingat akan pentingnya ekosistem sungai dalam kehidupan sehari-hari.
- Santan dan Susu Cair: Santan dan susu cair adalah lambang kemakmuran dan kelimpahan. Penggunaan kedua bahan ini dalam hidangan mencerminkan harapan akan keluarga yang sejahtera dan bahagia.
- Bumbu-bumbu (Kunyit, Kemiri, Ketumbar, Bawang Merah, Bawang Putih): Bumbu-bumbu ini adalah warisan sejarah perdagangan rempah-rempah. Mereka menggambarkan sejarah panjang OMB dalam perdagangan dan budaya rempah-rempah.
- Daun Salam dan Serai: Daun salam dan serai memberikan aroma khas pada hidangan. Mereka mencerminkan penghormatan terhadap elemen-elemen alam dan lingkungan sekitarnya.
- Garam dan Gula: Garam dan gula adalah simbol keseimbangan dalam hidup. Mereka mengingatkan OMB akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam rasa hidangan.
- Minyak untuk Menumis: Minyak yang digunakan untuk menumis bumbu adalah elemen penghubung antara bahan-bahan. Ini menggambarkan pentingnya kerja sama dan koordinasi dalam kehidupan masyarakat OMB.
- Bawang Goreng: Bawang goreng sebagai hiasan adalah sentuhan akhir yang menambahkan keindahan dan aroma pada hidangan. Ini mencerminkan perhatian terhadap detail dan upaya ekstra yang diberikan dalam menciptakan sesuatu yang istimewa.
Ketika semua bahan-bahan ini digabungkan dalam pembuatan Lakso, mereka menciptakan hidangan yang jauh lebih dari sekadar makanan. Lakso adalah cerminan kehidupan, budaya, dan nilai-nilai masyarakat Orang Melayu Banyuasin. Ia mengajarkan tentang keberagaman alam, ketahanan, kemakmuran, sejarah, dan keseimbangan dalam kehidupan mereka. Hidangan ini mengandung makna simbolik yang dalam, menjadi simbol identitas dan kearifan lokal OMB yang diwariskan dari generasi ke generasi (***)
Resep
Bahan Lakso:
300 gram tepung beras
700 ml air
1 sdt garam
125 gram sagu/tapioka
Bahan Kuah:
250 gram daging ikan gabus
1 liter susu cair
1 liter santan kental sedang
2 lbr daun salam
2 btg serai
Secukupnya garam dan gula
Secukupnya minyak untuk menumis
Bumbu halus:
30 gram kunyit
7 btr kemiri
10 gram ketumbar
15 butir bawang merah
7 siung bawang putih
Bawang goreng
Cara Membuat:
Langkah 1
Membuat lakso: campur air dan garam. Rebus hingga mendidih. Masukkan tepung beras sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai menjadi adonan yang kalis, angkat. Biarkan dingin
Langkah 2
Didihkan air untuk merebus adonan lakso, lalu kecilkan api
Langkah 3
Masukkan sagu sedikit demi sedikit ke dalam adonan tepung beras sambil diuleni hingga tercampur rata. Masukkan ke dalam cetakan putu mayang. Semprotkan ke dalam air rebusan. Jika sudah mengapung, angkat. Lakukan hingga adonan habis
Langkah 4
Bahan Kuah: didihkan santan sambil diaduk. Tumis bumbu halus, serai dan daun salam hingga wangi dan matang. Masukkan bumbu ke dalam rebusan santan. Kecilkan api. Masukkan daging gabus dan susu cair. Beri garam dan gula secukupnya. Aduk rata. Tes rasa. Biarkan mendidih sambil diaduk. Matikan api. Angkat
Langkah 5
Cara penyajian: letakkan lakso dalam piring. Siram dengan kuah lakso. Taburi dengan bawang goreng. Lakso siap disajikan.
Posting Komentar