Tradisi Berinai Calon Pengantin di Kalangan Orang Melayu Banyuasin (OMB)

 

Tradisi memakai inai atau yang biasa disebut pacar merupakan tradisi khas calon pengantin di kalangan Orang Melayu Banyuasin (OMB). Tradisi ini memiliki nilai keindahan dan keunikan tersendiri bagi masyarakat OMB. Meskipun tak ada ritual khusus dalam memakai inai ini, namun proses memasang inai ini dijalankan dengan sangat kental nuansa kekeluargaan.

Dalam tradisi memakai inai ini, baik calon pengantin pria maupun wanita akan memasang inai di rumahnya masing-masing. Bagi calon pengantin pria, inai disiapkan dan dipasangkan oleh keluarga inti seperti ibu, bibi, dan saudara perempuan. Sedangkan bagi calon pengantin wanita, selain melibatkan keluarga inti, tak jarang juga melibatkan teman-teman wanita seusianya.

Inai yang digunakan dalam tradisi ini biasanya terbuat dari daun inai atau daun bunga pacar. Daun tersebut dicampur dengan nasi, semut merah, dan air. Proses pembuatan inai ini pun dijalankan secara tradisional dengan memanfaatkan alat-alat sederhana dan bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar rumah. 

Biasanya, inai mulai dipasang sekitar seminggu sebelum hari pernikahan yang telah ditentukan. Biasanya dipasang di malam hari dan dipasang oleh keluarga inti yang terlibat dalam proses ini. Malam memasang inai biasanya menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga besar. Di momen ini, mereka akan berkumpul dan melaksanakan begesah.

Begesah adalah tradisi unik Orang Melayu Banyuasin (OMB) di mana mereka ngobrol dan bersenda gurau membicarakan masalah apa pun yang menarik. Biasanya, ada satu atau dua anggota keluarga yang ahli begesah, sedangkan anggota keluarga yang lainnya duduk mengelilingi si ahli begesah. Mereka sesekali menanggapi "gesahan" yang sedang dilontarkan. Begesah biasanya dilakukan sambil menikmati hidangan lezat yang telah disiapkan untuk memperingati momen spesial ini.

Saat memasang inai, keluarga inti biasanya menghias tangan dan kaki calon pengantin dengan inai. Tangan dan kaki yang telah dihiasi inai ini akan terlihat sangat cantik dan indah. Selain itu, momen memasang inai ini juga menjadi momen untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri satu sama lain.

Momen memasang inai ini juga menjadi momen untuk menyampaikan doa-doa dan harapan baik untuk calon pengantin. Keluarga inti biasanya menyampaikan doa-doa agar calon pengantin menjadi pasangan yang bahagia dan langgeng serta memohon ridha dari Allah SWT atas pernikahan yang akan dilaksanakan.

Tradisi memakai inai ini sebenarnya sudah mulai ditinggalkan seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Dulu, memasang inai merupakan sebuah tradisi yang dilakukan secara berkumpul dan melibatkan keluarga besar. Namun, sekarang ini, dengan adanya inai instan, memasang inai dapat dilakukan dengan cepat dan praktis. Hal ini membuat banyak calon pengantin yang memilih untuk menggunakan inai instan sebagai alternatif.

Tidak hanya itu, perubahan gaya hidup dan kebiasaan masyarakat juga menjadi faktor yang mempengaruhi semakin ditinggalkannya tradisi memakai inai ini. Masyarakat modern lebih memilih gaya hidup yang praktis dan efisien, sehingga mereka cenderung tidak meluangkan waktu untuk melakukan tradisi-tradisi yang membutuhkan banyak persiapan seperti memasang inai.

Meskipun begitu, masih banyak keluarga yang tetap mempertahankan tradisi memasang inai dalam pernikahan mereka. Bagi mereka, memasang inai bukan hanya sekadar tradisi yang harus dilakukan, tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam. Inai dipercaya dapat membawa keberuntungan dan keselamatan bagi calon pengantin.

Selain itu, memasang inai juga menjadi momen yang istimewa bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekat calon pengantin. Mereka dapat berkumpul, berbagi cerita, dan mengikuti tradisi yang turun-temurun. Hal ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan antar anggota keluarga.
Selain sebagai hiasan di kuku calon pengantin wanita, inai juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Warna merah yang dihasilkan dari inai memberikan kesan yang elegan dan menarik. Oleh karena itu, inai juga menjadi bagian dari keindahan dari sebuah upacara pernikahan.

Dalam tradisi memasang inai ini, juga terdapat beberapa kepercayaan yang berkaitan dengan pemilihan warna inai. Misalnya, inai yang berwarna merah dianggap membawa keberuntungan dan keselamatan bagi calon pengantin, sedangkan inai yang berwarna hitam dianggap membawa sial dan nasib buruk. 

Mulai Ditinggalkan 

Walaupun tradisi memakai inai sudah mulai ditinggalkan, namun perlu diingat bahwa tradisi-tradisi adat dan kebudayaan merupakan bagian penting dari identitas suatu masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali tradisi-tradisi seperti memasang inai ini sangatlah penting.

Selain itu, memperkenalkan kembali tradisi-tradisi adat seperti memasang inai juga dapat menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh masyarakat. Seperti yang kita ketahui, budaya dan tradisi merupakan identitas suatu bangsa atau masyarakat yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

Dalam hal ini, tradisi memakai inai pada calon pengantin di kalangan Orang Melayu Banyuasin (OMB) merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya dan tradisi yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan melestarikan tradisi ini, kita dapat mengenalkan kembali kebudayaan dan kearifan lokal pada generasi muda, sehingga mereka dapat memahami dan menghargai keunikan serta keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Selain itu, tradisi memakai inai ini juga memiliki nilai-nilai positif yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat. Salah satu nilai positif yang dapat diambil adalah nilai kebersamaan dan gotong royong dalam melakukan persiapan pernikahan. Dalam tradisi memasang inai, keluarga besar dan teman-teman wanita calon pengantin turut serta dalam persiapan memasang inai.

Hal ini menunjukkan bahwa persiapan pernikahan bukanlah hanya tanggung jawab dari keluarga inti calon pengantin, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh keluarga dan masyarakat sekitar. Dengan nilai kebersamaan dan gotong royong seperti ini, kita dapat belajar untuk saling membantu dan mendukung dalam melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. 

Makna Simbolis

Daun inai, semut merah, nasi, dan air merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat inai pada tradisi memasang inai calon pengantin di kalangan Orang Melayu Banyuasin (OMB). Setiap bahan tersebut memiliki makna dan simbolis yang berbeda dalam tradisi ini.

Pertama, daun inai merupakan bahan utama dalam pembuatan inai. Daun inai dipilih karena memiliki warna merah tua yang khas dan dapat bertahan lama di kulit. Selain itu, daun inai juga memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan kulit, seperti menghilangkan jerawat dan menyamarkan bekas luka.

Secara simbolis, daun inai juga memiliki makna sebagai simbol keindahan dan keabadian. Warna merah tua pada daun inai melambangkan keindahan dan kecantikan yang akan dipancarkan oleh calon pengantin di hari pernikahan. Sedangkan daya tahan daun inai yang lama melambangkan keabadian dan keutuhan dalam hubungan pernikahan.

Kedua, semut merah juga menjadi bahan yang digunakan dalam pembuatan inai. Semut merah dipilih karena mengandung asam formiat yang dapat membantu dalam proses pengawetan daun inai.
Secara simbolis, semut merah melambangkan keberanian dan kekuatan dalam menghadapi masa depan. Calon pengantin diharapkan memiliki keberanian dan kekuatan dalam menghadapi kehidupan pernikahan yang baru.

Ketiga, nasi juga menjadi bahan yang digunakan dalam pembuatan inai. Nasi dipilih karena dapat menambah kepadatan inai dan memudahkan dalam proses pengaplikasiannya.

Secara simbolis, nasi melambangkan kelimpahan dan kemakmuran. Calon pengantin diharapkan memiliki kehidupan yang sejahtera dan penuh dengan berkah di masa depan.
Keempat, air juga menjadi bahan yang digunakan dalam pembuatan inai. Air digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan pembuat inai dan membuatnya lebih mudah untuk diaplikasikan pada kulit.

Secara simbolis, air melambangkan kebersihan dan kesucian. Calon pengantin diharapkan memiliki kesucian dan kebersihan dalam menjalani kehidupan pernikahan yang baru.

Dengan makna dan simbolis yang dimiliki oleh masing-masing bahan pembuat inai, tradisi memasang inai pada calon pengantin di kalangan Orang Melayu Banyuasin (OMB) memiliki nilai-nilai yang dalam dan bermanfaat bagi kehidupan pernikahan (***) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama