Orang Melayu Banyuasin (OMB) memiliki tradisi unik yang disebut neko. Tradisi ini merupakan gotong royong (sambetan) dalam memasak lauk pauk untuk hajatan pernikahan. Kegiatan neko biasanya dimulai dari hari Jumat hingga Sabtu malam, dan pada hari Ahad, pesta pernikahan dilaksanakan.
Para ibu menjadi bagian penting dalam tradisi neko ini. Mereka membantu pemimpin kegiatan yang disebut "Teko" dalam menyiapkan bumbu-bumbu dan memasak lauk-pauk. Selain itu, suasana neko juga sangat meriah. Para ibu seringkali bercerita dan bercanda sambil mengolah bumbu-bumbu dan memasak lauk-pauk.
Begesah menjadi salah satu kegiatan yang sering dilakukan selama neko. Begesah adalah bercerita khas Orang Melayu Banyuasin (OMB) yang disertai dengan senda gurau. Para ibu dan Teko saling berbagi cerita mengenai pengalaman hidup mereka, hal-hal yang lucu, atau berita terkini yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat.
Selama neko, Teko akan memimpin para ibu dalam menyiapkan berbagai macam lauk pauk yang akan disajikan pada pesta pernikahan. Mereka akan menggunakan bahan-bahan segar dan berkualitas untuk menghasilkan hidangan yang lezat dan menggugah selera.
Meskipun kegiatan neko tergolong melelahkan, para ibu tetap semangat dan bersuka cita dalam melakukannya. Tradisi neko menjadi momen untuk saling bertukar cerita dan menguatkan hubungan antara anggota komunitas Orang Melayu Banyuasin (OMB).
Selain menjadi momen untuk berkumpul dan berbagi cerita, tradisi neko juga menjadi ajang untuk melestarikan budaya dan adat istiadat Orang Melayu Banyuasin (OMB). Dalam tradisi ini, nilai gotong royong, kerjasama, dan kebersamaan sangat ditekankan.
Tradisi neko juga merupakan ajang untuk memperkenalkan kuliner khas Orang Melayu Banyuasin (OMB). Berbagai macam lauk pauk yang disajikan pada pesta pernikahan merupakan hasil dari kegiatan neko yang dilakukan dengan penuh kasih sayang dan keahlian.
Setiap kegiatan neko memiliki nuansa yang berbeda-beda. Meskipun demikian, semangat gotong royong dan kebersamaan selalu terasa kuat di setiap kegiatan neko yang dilakukan oleh Orang Melayu Banyuasin (OMB).
Dalam era modern ini, tradisi neko masih terus dilakukan oleh Orang Melayu Banyuasin (OMB) sebagai upaya untuk memperkuat hubungan sosial dan melestarikan budaya dan adat istiadat mereka. Selalu ada kehangatan dan kebersamaan yang terasa di setiap kegiatan neko yang dilakukan oleh Orang Melayu Banyuasin (OMB).
Dengan terus dijalankan, tradisi neko dapat menjadi wujud nyata dari kebersamaan dan kerjasama yang erat antara masyarakat Orang Melayu Banyuasin (OMB). Semoga tradisi ini terus dapat diwariskan kepada generasi muda dan tetap menjadi bagian penting dari kebudayaan lokal yang unik dan membanggakan (***)
Posting Komentar