Kuliner Banyuasin: Makna Simbolik Kue (Juedeh) Rangi


Kuliner Banyuasin memiliki kekayaan ragam cita rasa, salah satunya adalah kue tradisional yang kaya akan makna simbolik. Salah satu kue yang mencuri perhatian adalah Kue Rangi, atau lebih dikenal sebagai Juedeh Rangi. Kue ini tidak hanya lezat di lidah, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya yang mendalam.


Kue Rangi merupakan salah satu dari beragam pilihan makanan kue (juedeh) di Banyuasin, bersanding dengan bolu engkak, bolu lapan jam, bolu kojo, kue engkok, dan kue gula kelapa. Namun, kue rangi memiliki tempat istimewa sebagai kue khas yang identik dengan keberagaman kuliner daerah ini.


Bahan Utama dan Cara Pembuatan Kue Rangi


Kue Rangi terbuat dari bahan-bahan sederhana, namun penuh dengan kearifan lokal. Tepung beras sebanyak 1 kg, kelapa yang disangrai sebanyak 1 kg, dan gula pasir sebanyak 1/2 kg adalah trio bahan utama yang menciptakan harmoni rasa unik Kue Rangi. Proses pembuatannya pun sederhana, dimulai dengan mencampur semua bahan hingga merata. Kemudian, adonan dicetak menggunakan cetakan dan dipanggang dalam oven hingga berwarna kecoklatan. Kue kemudian diangkat dari oven, dikeluarkan dari cetakan, dan siap untuk dihidangkan.


Proses Pembuatan sebagai Cerminan Kehidupan


Cara pembuatan Kue Rangi mencerminkan kearifan lokal dan kehidupan sehari-hari. Proses sederhana dari pencampuran bahan hingga hasil akhir yang lezat mencerminkan kesederhanaan masyarakat Banyuasin. 


Makna Simbolik


1.Tepung Beras: Melambangkan kehidupan yang berlimpah, seiring dengan hasil panen padi yang melimpah di Banyuasin. Kue Rangi menjadi wujud syukur akan kelimpahan alam.


2. Kelapa Sangrai: Mewakili keunikan daerah ini dengan kelapa sebagai komoditas utama. Sangraian kelapa menambahkan cita rasa khas dan keharuman pada kue, mengingatkan akan keberagaman alam Banyuasin.


3. Gula Pasir: Sebagai pemanis utama, gula pasir menandakan kehidupan yang manis dan harmonis di tengah masyarakat Banyuasin. Kue Rangi bukan hanya lezat di lidah tetapi juga mengandung pesan kehidupan yang penuh kebahagiaan.


Secara keseluruhan, Kue Rangi dari Banyuasin tidak hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga sebuah simbol kekayaan budaya dan kehidupan masyarakatnya. Dalam setiap elemennya, tepung beras, kelapa sangrai, dan gula pasir, terdapat makna mendalam yang mencerminkan hubungan erat dengan alam, kehidupan sehari-hari, dan kearifan lokal. Proses pembuatannya yang sederhana mencerminkan kesederhanaan masyarakat, sedangkan warna kue menjadi pesan simbolik tentang kematangan yang terjaga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Kue Rangi tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai dan makna yang lebih dalam, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Banyuasin.


Akhirnya, dalam setiap suapan Kue Rangi, kita tidak hanya merasakan kenikmatan cita rasa tradisional, tetapi juga menyelami makna simbolik yang menghubungkan kue ini dengan kekayaan alam dan kearifan lokal Banyuasin. Kue Rangi bukan sekadar sajian lezat, melainkan sebuah warisan budaya yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari, mengajarkan kita untuk menghargai dan merayakan keberagaman (***) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama